Top 40 Andrea Hirata Quotes (2024 Update)

1. “Hanya orang-orang yang ikhlas yang dapat melihat kemuliaan dari pekerjaannya. Mereka yang tak melihat kemuliaan itu takkan pernah mencintai pekerjaannya.”

— Andrea Hirata

2. “Tertawalah, seisi dunia akan tertawa bersamamu; jangan bersedih karena kau hanya akan bersedih sendirian.”

— Andrea Hirata

3. “Kebosanan itu kejam, tetapi kesepian lebih biadap daripada kebosanan. Kesepian adalah salah satu penderitaan manusia yang paling pedih.”

— Andrea Hirata

4. “Dalam hidup ini kita tidak selalu mengerjakan apa yang kita cintai, namun kita dapat belajar untuk mencintai apa yang kita kerjakan.”

— Andrea Hirata

5. “To make a difference. Salah satu manfaat pendidikan adalah agar manusia dapat membedakan...”

— Andrea Hirata

7. “Hidup ini memang dipenuhi orang-orang yang kita inginkan, tetapi tak menginginkan kita, dan sebaliknya.”

— Andrea Hirata

8. “Hanya segelas kopi yang tak pernah banyak tingkah.”

— Andrea Hirata

9. “Tak ada orang yang suka membaca novel yang tidak pintar. Cari kalau ada, tak ada!”

— Andrea Hirata

10. “Prestasi tertinggi seseorang, medali emasnya, adalah jiwa besarnya.”

— Andrea Hirata

11. “Tuhan menciptakan tangan seperti apa adanya, dan kaki seperti apa adanya untuk memudahkan manusia bekerja.”

— Andrea Hirata

12. “Demikianlah karnaval kami setiap tahun. Tak melambangkan cita-cita. Mungkin karena kami tak berani bercita-cita.”

— Andrea Hirata

13. “Cinta adalah kata yang asing. Cinta adalah racun manis penuh tipu muslihat. Cinta adalah burung merpati dalam topi pesulap. Cinta adalah tempat yang jauh, sangat jauh, dan urusan konyol orang dewasa.”

— Andrea Hirata

14. “Manusia bisa berda di tempat yang sama dalam waktu yang berbeda, tetapi tak bisa berada di tempat yang berbeda dalam waktu yang sama, semua itu karena pencipta manusia mau agar manusia setia.”

— Andrea Hirata

15. “Mereka yang menjual kopi dengan harga lebih dari sepuluh ribu rupiah per gelas – pemuja setan.”

— Andrea Hirata

16. “Maka di negeri ini, para pemimpi adalah pemberani. Mereka Kesatria di tanah nan tak peduli. Medali harus dikalungkan di leher mereka.”

— Andrea Hirata

17. “Mencintai seseorang merupakan hal yang fantastis, meskipun orang yang dicintai itu merasa muak.”

— Andrea Hirata

18. “Biarlah kita jatuh cinta dan biarlah waktu mengujinya.”

— Andrea Hirata

19. “Aku telah mengidap sakit gila nomor enam belas: yakni penyakit manusia yang membuat dunia sendiri dalam kepalanya, menciptakan masalah-masalahnya sendiri, terpuruk di dalamnya, lalu menyelesaikan masalah-masalah itu, sambil tertawa-tawa, juga sendirian.”

— Andrea Hirata

20. “Dalam peri kehidupan manusia, sebelum nasib sial menghantam bertubi-tubi, menganggur, tak lolos audisi, kena PHK, kena tipu, utang membelit, prahara rumah tangga, ekonomi sulit, berupa-rupa penyakit, tiada jeda menghantam sampai napas tersangkut di tenggorokan, lalu mati, nasib memanjakan manusia dengan satu masa yang hebat: SMA.”

— Andrea Hirata

21. “Untuk sesuatu yang paling kuinginkan melebihi apa pun.”

— Andrea Hirata

22. “Segala hal dalam hidup ini terjadi tiga kali, boi. Pertama lahir, kedua hidup, ketiga mati. Pertama lapar, kedua kenyang, ketiga mati. Pertama jahat, kedua baik, ketiga mati. Pertama benci, kedua cinta, ketiga mati. Jangan lupa mati, boi.”

— Andrea Hirata

23. “Cinta adalah sahabat yang licik.”

— Andrea Hirata

24. “Janganlah bersedih, waktu mengambil seorang sahabat, dan waktu akan menggantikannya dengan sahabat yang lain. Berdamailah dengan waktu, karena waktu akan menumbuhkan dan menyembuhkan.”

— Andrea Hirata

25. “Lintang was very rational; Mahar was a daydreamer. Mahar was easily inspired by just about anything. Like Lint- ang, Mahar also was a true genius – just a different kind of genius. This kind of genius isn’t easily understood by most people and is rarely considered “intelligent” by ordinary people’s standards.”

— Andrea Hirata

26. “That scholarship was a ticket out of a life I couldn’t be proud of.”

— Andrea Hirata

27. “We have to have dreams, high dreams, Boi, and school is the road we start on. Don’t give up, Boi. Don’t ever give up.”

— Andrea Hirata

28. “Orang – orang yang berkata tentang diri mereka sendiri, melebih – lebihkan. Orang – orang yang berkata tentang orang lain, mengurang – ngurangi.”

— Andrea Hirata

29. “Apa aku kelihatan seperti orang yang sedang memendam sebuah rahasia? Apakah Ukun dan Tamat tahu rahasia hatiku? Bahwa aku sedang jatuh cinta? Perlukah kukabari mereka bahwa aku sedang jatuh cinta? Kukabari sedikit mungkin, jangan banyak-banyak. tapi jangan ah, aku malu. Oh apakah gerangan yang aku alami ini? Mengapa kebingungan bisa menjadi begitu indah?”

— Andrea Hirata

30. “People seeing the two of them would assume they were a couple, a handsome young man and a pretty tomboyish girl always together, equally crazy.”

— Andrea Hirata

31. “Bruce Lee smiled back at us.”

— Andrea Hirata

32. “They were crazy together, but their true sweetheart was the dark world of shamanism.”

— Andrea Hirata

33. “Suddenly Lintang got up from his seat and went over to his father, took the form from his hands, and exclaimed, “I will be the one to fill out this form later, Ibunda Guru, after I have learned how to read and write!”

— Andrea Hirata

34. “I wanted to read Lintang’s name under an article in a scientific journal.”

— Andrea Hirata

35. “This is the amazing thing about being a child: the ability to quickly mend a broken heart after years of love.”

— Andrea Hirata

36. “It was all because of Lintang. If there had been no Lintang, we wouldn’t have dared to dream.”

— Andrea Hirata

37. “He opened our eyes to the possibility that we could become more than we had ever dreamed. He gave us encouragement, even though we were full of limitations.”

— Andrea Hirata

38. “This wasn’t fair. Lintang, who had fought to the death for education, now had to leave.”

— Andrea Hirata

39. “I drew up a promise deep in my heart: when I grew up, I would write a book for this teacher of mine.”

— Andrea Hirata

40. “But an eccentric like Mahar just might have a magical answer that could make me see my situation in a different light. Like most brokenhearted people, I was thinking irrationally.”

— Andrea Hirata

41. “Berada dalam pergaulan remaja Melayu yang seharian membanting tulang, mendengar pandangan mereka tentang masa depan, dan melihat bagaimana mereka satu per satu berakhir, lambat laun memengaruhiku untuk menilai situasiku secara realistis. Namun, tak pernah kusadari sikap realistis sesungguhnya mengandung bahaya sebab ia memiliki hubungan linear dengan perasaan pesimis. Realistis tak lain adalah pedal rem yang sering menghambat harapan orang.”

— Andrea Hirata

42. “Apparently God had answered my prayer with exactly the opposite of what I asked for. That’s the way God works.”

— Andrea Hirata

43. “It is not because your work lacked quality; no matter what kind of work we do, we must have discipline. Talented people with a bad attitude are useless.”

— Andrea Hirata

44. “I said nothing. It was clear that he was exhausted from fighting fate.”

— Andrea Hirata

45. “Just as stupidity often goes unrealized, some people are often unaware that they have been chosen, destined by God, to be betrothed to knowledge.”

— Andrea Hirata

46. “Lesson number three: If you are gorgeous, you will not lead a peaceful life.”

— Andrea Hirata

47. “Eryn had brought out the feeling that no matter how miserable or failed my life was, I was still a bit useful to the world.”

— Andrea Hirata