Top 40 Ilham Gunawan Quotes (2024 Update)

1. “Karena terbentuknya cinta, tidak cukup hanya berhenti di kata ‘nyaman’ saja, tetapi juga ada kata ‘kepercayaan’.”

— Ilham Gunawan

2. “Barangkali, Tuhan menciptakan kopi di bumi ini, agar kita semua tidak sendirian dalam menikmati kepahitan.”

— Ilham Gunawan

3. “Kopi dan perempuan, mereka saudara kembar. Dua-duanya keras kepala perihal rasa.”

— Ilham Gunawan

4. “Untuk melihat indahnya pelangi, kamu harus sabar dulu menunggu hujannya reda.”

— Ilham Gunawan

5. “Rindu adalah perkara ruh, bukan perkara jasad. Merindukanmu barangkali omong kosong yang masuk akal. Sedangkan, perpisahan hanyalah perkara mata dan ingatan, sama sekali tak berlaku pada hati dan jiwa.”

— Ilham Gunawan

6. “Rindu adalah rezim yang tak pernah bisa dikudeta.”

— Ilham Gunawan

7. “Tak kutemukan jarak paling jauh, melebihi daripada diammu.”

— Ilham Gunawan

8. “Rasionalitas politik dan ekonomi, dapat merasionalisasi apa saja, termasuk iman. Ketulusan dan keluguan umat beragama, sangat mudah dikapitalisasi demi kepentingan kalkulasi rasional. Adakah yang lebih memuaskan daripada gila kuasa dan perayaan keserakahan?”

— Ilham Gunawan

9. “Keyakinan yang masih butuh alasan, berarti mesinnya masih pakai akal. Bukan hati. Sementara, keyakinan tidak pernah tinggal di kepala.”

— Ilham Gunawan

10. “Alasan aku masih sendiri adalah karena aku tidak cukup pandai membuat orang lain jatuh cinta padaku.”

— Ilham Gunawan

11. “Diam adalah lingkaran sepasang tangan yang paling dingin.”

— Ilham Gunawan

12. “Tidak ada yang benar-benar bisa melenyapkan kenangan lalu. Kita hanya bisa menimbunnya dengan kenangan baru yang lebih besar nilainya.”

— Ilham Gunawan

13. “Seseorang bisa membuat bahagia kekasihnya itu bukan prestasi. Tetapi sebuah keharusan.”

— Ilham Gunawan

14. “Tujuan rindu adalah untuk semakin mendekatkan. Jika yang terjadi sebaliknya, justru kamu sedang mengingkari tujuan rindu itu sendiri.”

— Ilham Gunawan

15. “Merusak kepercayaan, sama seperti menyentuh embun. Sebab dengan menyentuhnya, hanya akan membuatnya tiada.”

— Ilham Gunawan

16. “Di semesta ini, tak ada yang benar-benar sendiri. Bahkan perihal kepergian. Tenanglah, engkau masih ditemani sepi.”

— Ilham Gunawan

17. “Pahlawan adalah manifestasi keadilan dalam panggung semesta.”

— Ilham Gunawan

18. “Pemimpin yang lahir dari serangan fajar, kelak, kursinya hanya akan jadi pasar.”

— Ilham Gunawan

19. “Ada hal yang lebih aku takuti dari kehilanganmu, yaitu saat aku ingat bahwa aku akan kehilanganmu.”

— Ilham Gunawan

20. “Rindu: Seluas-luasnya ruang persembunyian memeluk kehilangan.”

— Ilham Gunawan

21. “Dengan memagut secangkir kopi, aku berlindung dari godaan kesepian yang merasuk.”

— Ilham Gunawan

22. “Selagi mencintaimu bukan larangan Tuhan, aku akan tetap melakukannya.”

— Ilham Gunawan

23. “Demi kopi yang mencintai pahit atas dirinya, aku rela membunuh malamku meski harus dikutuk kantuk; dan dipenjara insomnia.”

— Ilham Gunawan

24. “Senjata terampuh cewek adalah ngambek. Oke. Cowok, kalah.”

— Ilham Gunawan

25. “Ketika rindu tiba mendahului semua teori, penolakan seperti apa yang bisa kuperbuat selain menerima kejatuhannya?”

— Ilham Gunawan

26. “Kekasih, bahkan hanya dengan memandang sepasang matamu, kau telah telah berhasil menjadikan kepalaku sebagai rumah Tuhan.”

— Ilham Gunawan

27. “Para pelaku politik seharusnya mengedepankan pendidikan politik berdasar humanitas politik, bukan justru menjadikan animalitas politik sebagai prinsip dasar. Insting kebinatangan dalam rangka merayakan nafsu. Degradasi kultural politik, jelas-jelas dikembangbiakkan oleh tingkah-tingkah demikian. Mental para pemangsa.”

— Ilham Gunawan

28. “Kekasih, sederas-derasnya hujan, langit tak akan tenggelam. Begitulah seharusnya cinta.”

— Ilham Gunawan

29. “Cara terbaik merayakan kesepian adalah dengan tidak menganggap diri lebih esa dari Tuhan.”

— Ilham Gunawan

30. “Ketika kamu mengatakan sudah bisa melupakannya, berarti kamu masih mengingatnya.”

— Ilham Gunawan

31. “Luka tak akan tua dijajah usia. Ia akan wafat dipegat maaf.”

— Ilham Gunawan

32. “Seorang sahabat hanya menuntutmu satu hal; jadilah diri sendiri sebagai orang yang dia kenal.”

— Ilham Gunawan

33. “Tujuan hukum secara normatif adalah keadilan. Inti dari demokrasi itu sendiri adalah perlindungan terhadap minoritas yang termarjinalkan. Tidak ada diskriminasi di depan hukum. Minoritas dan mayoritas adalah entitas yang sama.”

— Ilham Gunawan

34. “Perang hanyalah klaim kebenaran sepihak. Sementara masing-masing dari mereka, menamai dirinya kebenaran.”

— Ilham Gunawan

35. “Kopi yang baik adalah kopi yang bisa menjadikan dirimu lebih tangguh dari lidahmu, dalam menanggung kepahitan.”

— Ilham Gunawan

36. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan cinta, diciptakannya rindu dan semua belukar rasa. Sesungguhnya daripada tanda-tanda itu, kaulah penyebabnya.”

— Ilham Gunawan

37. “Cinta itu mirip permen. Semakin kita merasakan manisnya, maka semakin dekat juga kita dengan kehilangan. Iya, hilang karena habis.”

— Ilham Gunawan

38. “Lewat cinta yang kau simpan di matamu, kau hanya menjanjikan dia sebuah perpisahan.”

— Ilham Gunawan

39. “Seharusnya perjuangan perempuan di dalam memperoleh hak-haknya, tidak lantas untuk diterjemahkan sebagai langkah oposisi perlawanan terhadap kekuasaan. Sebab, merdeka bukanlah jenis kelamin.”

— Ilham Gunawan

40. “Kau tahu bagaimana tidak enaknya menjadi hujan? Iya. Semua orang sibuk menghindar darimu.”

— Ilham Gunawan

41. “Puncak kesepian paling tinggi tidak dirasakan oleh dia yang belum mencintai siapa-siapa. Tetapi, pada mereka yang mengaku saling cinta, namun sudah tidak lagi saling merindu.”

— Ilham Gunawan

42. “Sementara, bumi semakin sempit dihuni banyak kenangan-kenangan umat manusia, hatiku justru terlalu sempit hanya karena menampung satu nama: Kamu.”

— Ilham Gunawan

43. “Puasanya orang kasmaran, tak mengenal kata berbuka dan lebaran. Mereka menyebutnya: Rindu.”

— Ilham Gunawan

44. “Siapa yang sanggup membebaskan diri dari rasa sakit? Bahkan, saat membenci dan menyakiti seseorang sekali pun, hatimu tetap saja diborgol oleh rasa sakit.”

— Ilham Gunawan