Top 35 Seno Gumira Ajidarma Quotes (2024 Update)

1. “Belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan oleh manusia.”

— Seno Gumira Ajidarma

2. “Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa – suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang.”

— Seno Gumira Ajidarma

3. “Seberapa indah mimpi, jika tetap mimpi?”

— Seno Gumira Ajidarma

4. “When journalism is silenced, literature must speak. Because while journalism speaks with facts, literature speaks with truth.”

— Seno Gumira Ajidarma

5. “Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa pernah mendengar kata-kata orang lain. Mereka berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-katanya sendiri. Sebuah dunia yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti artinya. Setiap arti bisa diubah maknanya. Itulah dunia kita Alina.”

— Seno Gumira Ajidarma

6. “Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata, tanpa pernah mendengar kata-kata orang lain.”

— Seno Gumira Ajidarma

7. “Aku tidak perlu menghancurkan sebuah kota, aku hanya perlu membebaskan pikiranku – dari ideologi yang paling sempurna.”

— Seno Gumira Ajidarma

8. “Manusia selalu menuntut dunia membahagiakannya, pernahkah ia berusaha membahagiakan dunia?”

— Seno Gumira Ajidarma

9. “Kita semua memang telah menjadi bodoh, dengan menjadi terlalu cinta kepada cerita-cerita yang bagus, sehingga memaksakannya untuk menjadi kenyataan itu sendiri.”

— Seno Gumira Ajidarma

10. “Karena yang tidak kita ketahui lebih banyak dari yang kita ketahui, dan yang tidak diketahui itulah yang akan menjadi penyebab kematian kita semua.”

— Seno Gumira Ajidarma

11. “Kurelakan cinta yang tidak abadi seperti mimpi. Biarlah segalanya berlalu dan selalu berlalu seperti peristiwa apa pun yang akan selalu berlalu.”

— Seno Gumira Ajidarma

12. “Senja adalah janji sebuah perpisahan yang menyedihkan tapi layak dinanti karena pesona kesempurnaannya yang rapuh, seperti kehidupan yang selalu terancam setiap saat untuk berakhir dengan patuh.”

— Seno Gumira Ajidarma

13. “Betapa kunang-kunang itu memberikan cahaya di tengah kegelapan. Ia menjadi lupa dengan kesia-siaan hidupnya.”

— Seno Gumira Ajidarma

14. “Segala makna memang datang dari manusia, yang menatap dan mendengar, lantas memberi arti.”

— Seno Gumira Ajidarma

15. “Apakah tempat memandang yang sama akan menghasilkan penglihatan yang sama?”

— Seno Gumira Ajidarma

16. “Apakah dunia ini tidak bisa hadir biasa-biasa saja, tanpa cerita-cerita tak masuk akal yang sulit dipercaya?”

— Seno Gumira Ajidarma

17. “Perdamaian yang dipaksakan adalah penjajahan.”

— Seno Gumira Ajidarma

18. “Kutatap senja itu, masih selalu begitu, seperti menjanjikan suatu perpisahan yang sendu.”

— Seno Gumira Ajidarma

19. “Itulah senja, yang seperti cinta, tiada pernah tetap tinggal abadi, selalu berubah sebelum punah, meninggalkan segalanya dalam kegelapan dunia yang merana.”

— Seno Gumira Ajidarma

20. “Sebuah bisikan betapa pun lemahnya tiada akan hilang bukan?”

— Seno Gumira Ajidarma

21. “Betapapun semua ini terjadi karena cinta, dan hanya karena cinta – betapa besar bencana telah ditimbulkannya ketika kata-kata tak cukup menampungnya.”

— Seno Gumira Ajidarma

22. “Kamu kira aku senang dicintai kamu? Nggak usah cinta-cintaan lagilah. Tarik hujanmu ini.”

— Seno Gumira Ajidarma

23. “Airmataku titik, tetapi apalah artinya airmata di sebuah dunia yang terdiri dari air.”

— Seno Gumira Ajidarma

24. “Jangan berpikir, kataku dulu, juga jangan berpikir tentang pikiran ikan-ikan. Pikiran kita sendirilah yang menghancurkan dunia nyata.”

— Seno Gumira Ajidarma

25. “Tapi manusia manapun bisa melakukan kesalahan bukan?”

— Seno Gumira Ajidarma

26. “Aaaahh, apa sih artinya semua istilah itu? Itu kan istilah-istilah politis. Suatu kelas akan mengatakan kelas lain ‘kampungan’ untuk mengangkat kelasnya sendiri, begitu juga kelas lain yang mengatakan suatu kelas itu ‘borju’. Kita harus bebas dari mitos-mitos seperti itu!”

— Seno Gumira Ajidarma

27. “Aku pun tahu Sukab, senja yang paling keemas-emasan sekalipun hanya akan berakhir dalam keremangan menyedihkan, ketika segala makhluk dan benda menjadi siluet, lantas menyatu dalam kegelapan.”

— Seno Gumira Ajidarma

28. “Kalau kita bisa mencintai yang kita miliki saja, dan tidak selalu mengharapkan yang tidak ada, barangkali hidup juga akan menjadi lebih mudah.”

— Seno Gumira Ajidarma

29. “Hidup menjadi rentetan upacara dan kewajiban tanpa makna.”

— Seno Gumira Ajidarma

30. “Sebuah surat adalah pesan, kandungan rohani manusia yang mengembara sebelum sampai tujuannya. Sebuah surat adalah sebuah dunia, di mana manusia dan manusia bersua.”

— Seno Gumira Ajidarma

31. “Atau, apakah didunia ini sebetulnya seperti didalam amplop ya Sukab, dimana kita tidak tahu apa yang berada di luar diri kita, dimana kita merasa hidup penuh dengan makna padahal yang menonton kita tertawa-tawa sambil berkata, “Ah, kasihan betul manusia.” Apakah begitu Sukab, kamu yang suka berkhayal barangkali tahu.”

— Seno Gumira Ajidarma

32. “Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia.”

— Seno Gumira Ajidarma

33. “Namun apakah masih boleh disebut semacam cinta jika tidak terdapat kebahagiaan padanya meski setidak-tidaknya sesuatu seperti kebahagiaan dalam penderitaan?”

— Seno Gumira Ajidarma

34. “Kepada keturunanku kuriwayatkan sejarah manusia di muka bumi, yang dengan segala kelebihannya dari segenap makhluk lain tak pernah mampu menahan dirinya sebagai penghancur.”

— Seno Gumira Ajidarma

35. “Siapapun yang melempar wacana ke masyarakat mesti bersedia menanggung risiko atas segala tanggapan, dipuja maupun dihujat – dan itulah ukuran kedewasaannya.”

— Seno Gumira Ajidarma

36. “Apa boleh buat, jalan seorang penulis adalah jalan kreativitas, di mana segenap penghayatannya terhadap setiap inci gerak kehidupan, dari setiap detik dalam hidupnya, ditumpahkan dengan jujur dan total, seperti setiap orang yang berusaha setia kepada hidup itu sendiri – satu-satunya hal yang membuat kita ada.”

— Seno Gumira Ajidarma

37. “Makhluk bernama andjing diburu untuk menjambung hidup penjual maupun pembelinja yang tak tahu lagi apa yang masih bisa dimakan; Makhluk bernama manusia diburu sesama manusia untuk diakhiri hidupnja, entah demi apa. Tuhan, selamatkanlah bangsa kami!”

— Seno Gumira Ajidarma

38. “Siapa yang tidak suka merasa nyaman dan tenang di dunia ini Sukab, di sebuah dunia yang sudah miskin masih bersimbah darah pula?”

— Seno Gumira Ajidarma

39. “Dunia adalah tempat makna-makna bertarung.”

— Seno Gumira Ajidarma