Create Yours

Top 200 Pramoedya Ananta Toer Quotes (2024 Update)
Page 4 of 4

Pramoedya Ananta Toer Quote: “Pada setiap awal pertumbuhan, katanya, semua hanya meniru. Setiap kita semasa kanak-kanak juga hanya meniru. Tetapi kanak-kanak itu pun akan dewasa, mempunyai perkembangan sendiri.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Menarik. Bagiku siapa pun berusaha selalu menarik.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Kalau tidak ada orang-orang rendahan, tentu tidak ada orang atasan.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Namun, kejahatannya juga tidak boleh dilupakan begitu saja karena jasa beberapa orang.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Biarlah hati ini patah karena sarat dengan beban, dan biarlah dia meledak karena ketegangan. Pada akhirnya perbuatan manusia menentukan, yang mengawali dan mengakhiri. Bagiku, kata-kata hiburan hanya sekedar membasuh kaki. Memang menyegarkan. Tapi tiada arti. Barangkali pada titik inilah kita berpisah...”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Yang lebih muda belum tentu lebih tidak tahu, belum tentu lebih pengecut dari pada kau.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Seorang pelayan wanita menghidangkan susu coklat dan kue. Dan pelayan itu tidak datang merangkak-rangkak seperti pada majikan Pribumi. Malah dia melihat padaku seperti menyatakan keheranan. Tak mungkin yang demikian terjadi pada majikan Pribumi: dia harus menunduk, menunduk terus. Dan alangkah indah kehidupan tanpa merangkak-rangkak di hadapan orang lain.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Di sini tak ada rumah yang terkunci pintunya, siang ataupun malam. Di sini pintu bukanlah dibuat untuk menolak manusia, tapi menahan angin. Di sini semua orang tidur di ambin pada malam atau siang hari, termasuk para tamu yang tak pernah dipedulikan dari mana datangnya. Ia mendengar sekali lagi. Di kota setiap orang baru selalu ditetak dengan tanya: Siapa nama? Dari mana? Di sini orang tak peduli Mak Pin datang dari mana. Tak peduli Mak Pin gagu. Tak peduli sekalipun dia kelahiran neraka.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Beyond twilight comes a beautiful night, the kind of night the weary dream of. And to all my good friends, to those who have already gone to the back side of the mirror, I bow my head.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Tiap mata murah, saudara, dan jiwa tiga kali lebih murah. Dan bertambah banyak Amerika mendatangkan peluru, bertambah turun jiwa manusia.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Akhirnya manusia ini mati juga. Mati. Sakit.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Orang tak bisa berhati-hati setiap saat buat seumur hidupnya.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Ya, mengapa kita ini harus mati seorang diri? Lahir seirang diri pula? Dan mengapa kita ini harus hidup di satu dunia yang banyak manusianya? Dan kalau kita sudah manusia, dan orang itu pun mencintai kita. Seperti mendiang kawan kita itu misalnya–mengapa kemudian kita harus bercerai-cerai dalam maut. Seorang. Seorang. Seorang. Dan seorang lagi lahir. Seorang lagi. Seorang lagi. Mengapa orang ini tak ramai-ramai lahir dan ramai-ramai mati? Aku ingin dunia ini seperti Pasarmalam.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Adakah Arok dan semua temannya pernah menghinakan orang? Mengapa kau takut dihinakan? Kau adalah semua yang pernah kau lakukan terhadap kita. Maju!”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Revolusi ini tidak memberi sesuatu pun, dia minta kepada setiap orang, segala-galanya.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Mengapa yang tidak setuju tak dapat mengekang nafsu menghina? Antara kita sendiri, kalau hanya hendak menghina pun tidak semua bisa berdiri sama tinggi. Penghinaan yang bodoh hanya akan memukul diri sendiri.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Mengapa kau mencengkram lenganku, Ann? Kau kudidik jadi pengusaha dan pedagang. Tidak patut melepas perasaan dan mengikutinya. Dunia kita adalah untung dan rugi. Kau tidak setuju terhadap sikap Mama, bukan? Hmm, sedang ayam pun, terutama induknya tentu, membela anak-anaknya, terhadap elang dari langit pun. Mereka patut mendapat hukuman yang setimpal. Kau sendiri juga boleh bersikap begitu terhadap Mama. Tapi nanti, kalau sudah mampu berdiri di atas kaki sendiri.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “A good author, Mr. Minke, should be able to provide his readers with some joy, not a false joy, but some faith that life is beautiful. While suffering is man-made, and not some natural disaster, then it can surely be resisted by men. Give hope to your readers, to your fellow countrymen.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Dan bukankan satu ciri manusia modern adalah juga kemenangan individu atas lingkungannya dengan prestasi individual? Individu-individu kuat sepatutnya bergabung mengangkat sebangsanya yang lemah, memberinya lampu pada yang kegelapan dan memberi mata pada yang buta.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Jiwa semuda itu jangan dilukai dengan penderitaan tak perlu, sekalipun cacat ayahnya sendiri. Dia hendaknya tetap mencintai aku dan memandang aku sebagai ayahnya yang mencintainya, tanpa melalui suara dan pandang orang lain.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Apa kata Minke nanti kalau kau jadi kuyu tidak menarik? Gadis secantik apa pun takkan menarik kalau sakit.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Sekarang, kepalaku membayangkan kuburan, tempat manusia yang terakhir. Tapi kadang-kadang manusia tak mendapat tempat dalam kandungan bumi. Ya, kadang-kadang. Pelaut, prajurit di zaman perang, sering mereka tak mendapat tempat tinggal terakhir. Dalam kepalaku membayangkan, kalau ayah yang tak mendapatkan tempat itu.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Begitulah, Ann, upacara sederhana bagaimana seorang anak telah dijual oleh ayahnya sendiri, jurutulis Sastrotomo. Yang dijual adalah diriku; Sanikem. Sejak detik itu hilang sama sekali penghargaan dan hormatku pada ayahku; pada siapa saja yang dalam hidupnya pernah menjual anaknya sendiri. Untuk tujuan dan maksud apapun.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Pendapat umum perlu dan harus diindahkan, dihormati, kalau benar. Kalau salah, mengapa dihormati dan diindahkan? Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Setiap tulisan merupakan dunia tersendiri, yang terapung-apung antara dunia kenyataan dan dunia impian.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Apa yang ditakuti bu? Kita semua hidup terus menerus dalam ketakutan. Apa kalian biasanya ketakutan? Tidak ada. Kalau revolusi menang, tidak seorang pun perlu takut lagi.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Aku tak jadi kaya karena pemberiannya. Mereka pun tak jadi kaya karena pemberianku. Itulah kebijaksanaan.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Kudekati ranjang ayahku, kuraba kakinya yang kering. Hatiku tersayat. Bukankah kaki itu dulu seperti kakiku juga dan pernah mengembara ke mana-mana? Dan kini kaki itu terkapar di atas kasur ranjang rumahsakit. Bukan kemauannya. Ya, bukan kemauannya. Rupa-rupanya manusia ini tak selamanya bebas mempergunakan tubuh dan hidupnya. Dan kelak begitu juga halnya dengan kakiku.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Ya, anakku, selama hidupku yang limapuluh enam tahun ini tahulah aku, bahwa usaha dan iktiar manusia itu sangat terbatas. Aku sendiri tak membiarkan adikmu sakit bila saja aku berkuasa atas nasib manusia.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Tidak, yang mati tidak harus bisu. Energi mereka tetap hidup melalui berbagai cara, jalan dan sarana, terutama melalui kenangan dan mulut para nyawa yang lolos dari saringannya di Buru ini. Pada suatu kali mungkin ada yang mampu mencatatnya tanpa tangannya gemetar dan tanpa membasahi kertasnya.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Sejak jaman nabi sampai kini, tak ada manusia yang bisa terbebas dari kekuasaan sesamanya, kecuali mereka yang tersisihkan karena gila. Bahkan pertama-tama mereka yang membuang diri, seorang diri di tengah-tengah hutan atau samudera masih membawa padanya sisa-sisa kekuasaan sesamanya. Dan selama ada yang diperintah dan memerintah, dikuasai dan menguasai, orang berpolitik.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Aku tak suka pada priayi. Gedung-gedung berdinding batu itu neraka. Neraka. Neraka tanpa perasaan. Tak ada orang mau dengarkan tangisnya. Kalau anak itu besar kelak, dia pun takkan dengarkan keluh-kesah ibunya. Dia akan perintah dan perlakukan aku seperti orang dusun, seperti abdi. Dia perlakukan aku seperti bapaknya memperlakukan aku kini dan selama ini. Tapi lindungilah dia. Dia anakku yang tak mengenal emaknya, tak kenal lagi air susu emaknya.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Aku mengeluh. Hatiku tersayat. Aku memang perasa. Dan keluargaku pun terdiri dari makhluk-makhluk perasa.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Kau suka berbicara tentang keindahan. Dimana keindahan suatu kekejaman?”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Apabila sebagai pengarang harus kutangguhkan begitu banyak ketidakadilan di tanahair sendiri, penganiayaan lahir-batin, perampasan kebebasan dari penghidupan, hak dan milik, penghinaan dan tuduhan, bahkan juga perampasan hak untuk membela diri melalui mass-media mau pun pengadilan, aku hanya bisa mengangguk mengerti. Sayang sekali kekuasaan tak bisa merampas harga diri, kebanggaan diri, dan segala sesuatu yang hidup dalam batin siapa pun.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “The basic fact is that for the person without civil rights, death is always present in the background, forever dancing, each second of the day, before his eyes.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Di dunia ini tak ada sesuatu kegirangan yang lebih besar daripada kegirangan seorang bapak yang mendapatkan anaknya kembali.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Hati bersih dan kemauan baik, dan kemampuan melaksanakannya, justru yang dicari para bandit. Hati bersih dan kemauan baik, dan kemampuan melaksanakannya belum mencukupi, Nyo, Nak. Belum, masih jauh. Dalam kenyataannya sampai sekarang ini apa kurang cukup banyak orang menggunakan Jesus untuk menindas? Waspadalah.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Pendeknya aku harus waspada, kewaspadaan sebagai bea kebahagiaan hidup di dekat gadis cantik tanpa bandingan.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Kau mengabdi pada tanah ini, tanah yang memberimu nasi dan air. Tapi para raja dan para pengeran dan para bupati sudah jual tanah keramat ini pada Belanda. Kau hanya baru sampai melawan para raja, para pangeran, dan para bupati. Satu turunan tidak bakal selesai. Kalau para raja, pangeran, dan bupati sudah dikalahkan, baru kau bisa berhadapan pada Belanda. Entah berapa turunan lagi. Tapi kerja itu mesti dimulai.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Dalam kenyataannya sampai sekarang ini apa kurang cukup banyak orang menggunakan Jesus untuk menindas? Waspadalah.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Kau tak kenal bangsamu sendiri.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Kebawelan banyak kali dianggap wanita sebagai ukuran kelihaian.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Dia sangat cinta pada republik, revolusi, dia mencintai kampung halamannya, biarpun busuk-busuk membumbungkan gas lumpur dan kotorannya sendiri.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Orang itu membutuhkan air dalam hidupnya.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Adat perempuan dibeli; adat orang tua menjual; kalau harta sudah di tangan apalagi akan dipersoalkan?”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Semua manusia bersaudara satu sama lain. Karena itu tiap orang yang membutuhkan pertolongan harus meeroleh pertolongan. Tiap orang keluar dari satu turunan, karena itu satu sama lain adalah saudara.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Kalau hati sendiri pun tidak menjawab, itu lah tanda ketidakmampuan, dan ketidakmampuan itu memanggil kerusuhan.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Eropa gila sama dengan Pribumi gila.”
Pramoedya Ananta Toer Quote: “Mana ada Jawa, dan bupati pula, bukan buaya darat?”
PREV 1 2 3 4 NEXT
Firsts Quotes
Motivational Quotes
Inspirational Entrepreneurship Quotes
Positive Quotes
Albert Einstein Quotes
Startup Quotes
Steve Jobs Quotes
Success Quotes
Inspirational Quotes
Courage Quotes
Life Quotes
Focus Quotes

Beautiful Wallpapers and Images

We hope you enjoyed our collection of 200 Pramoedya Ananta Toer Quotes.

All the images on this page were created with QuoteFancy Studio.

Use QuoteFancy Studio to create high-quality images for your desktop backgrounds, blog posts, presentations, social media, videos, posters, and more.

Learn more